-->

Cerpen : Lelaki Tua

Pada suatu hari ada seorang lelaki tua, dengan baju compang camping duduk sendiri di tepi sungai lamuna.

Lelaki tua itu bergumam pada rumput di sungai . "Hai rumput, hidup hanya berakhir di papan nisan". Di lihatnya lelaki tua itu , ikan kecil berenang melewati bebatuan alam.

" Danar , sini nak ". Ucap bu Darti pemilik warung makan dekat sungai.
" Bu , lelaki tua itu siapa ? Kenapa dia selalu sendiri di tepi sungai lamuna? ". Tanya Danar putra bu Darti.

Bu Darti menceritakan masa lalu lelaki Tua itu.
Sambil , memegang tangan Danar bu Darti mulai bercerita.

Begini nak , dahulu lelaki tua itu memiliki istri bernama Mutia. Mutia seorang ibu rumah tangga yang berperawakan cantik, tak  heran banyak lelaki melihatnya ketika dia berpergian.

Lelaki tua itu bernama Pak Herman.
Banyak orang-orang mengatakan pak Herman adalah lelaki yang beruntung memiliki istri yang begitu cantik dan berperangai sopan.

Sungai lamuna menjadi saksi pertengkaran hebat Pak Herman dan istrinya Mutia. Mutia meninggalkan Pak Herman setelah pertengkaran hebat itu , hingga kini pak Herman lelaki tua itu masih mengingat kenangan-kenangan saat bersama istrinya di tepi sungai lamuna.

Setelah itu , Danar mencoba memahami apa yang disampaikan bu Darti.

" Hai pak Lelaki tua ". Sapa Danar kepada Pak Herman si lelaki tua.
" Ada apa Nak !?" tanya pak herman.
"Di langit begitu luas , bapak masih disini. Kenapa tidak mencari ikan di laut ". Ucap danar.
" Kamu masih terlalu muda untuk mengerti". Ucap pak tua
"Apa Engkau menulis takdir , pak tua ? Apa yang kau mau ? " Sambil melemparkan batu kecil ke sungai,  airnya mengalir begitu lembut.
"Lihat air yang mengalir itu nak , dia terus mengalir  hingga samudra. Kakek sudah tua, biar kakek disini saja". Sambil pak Herman tersenyum.

" Samudra begitu jauh akan tetapi tersambung dari sungai-sungai yang kecil. Jarak mungkin memisahkan akan tetapi kehidupan akan membuat kita tetap bersama dalam kehidupan ini". 

Author : Sumaji
Karya : Fiksi 
Kudus , 16 April 2020
Judul : Lelaki Tua