-->

PENGEMBANGAN PAI DI SD


PENGEMBANGAN PAI DI SD

Manusia adalah salah satu makhluk Allah yang dikodratkan memiliki akal yang dikaruniakan Allah kepadanya dengan tujuan selain untuk beribadah dan mentaati semua perintahnya adalah untuk membawa dan menciptakan perubahan yang baik melalui pemikiran-pemikiran akal yang dikaruniakan  Allah kepada setiap manusia, diantara salah satu cara untuk menumbuhkan perubahan-perubahan itu adalah dengan cara belajar dan mencoba segala sesuatu dengan acuan syariat Islam.
Belajar bisa dilakukan di mana saja, kapan saja, dan dengan siapa saja, namun sekarang sudah banyak berdiri lembaga sekolah yang secara resmi memberikan pendidikan kepada setiap peserta didik yang ingin  menuntut ilmu  di lembaga tersebut mulai dari tingkat rendah hingga yang tertinggi. Belajar disini tidak berbicara hal umum saja namun harus diimbangi dengan ilmu agama agar tercipta tujuan pendidikan yang sebenarnya yaitu sukses dunia dan akhirat dalam ilmu. Di dalam sekolah yang notabene  Islami sudah otomatis peningkatan dan pengembangan pendidikan agama islamnya sudah mumpuni kebutuhan peserta didik sebagai muslim dan muslimah. Namun, di sekolah yang notabenenya umum pastinya belum bisa dikatakan cukup dalam pendidikan agama Islam apabila tidak ada pengembangan-pengembangan yang dilakukan oleh lembaga pendidikan tersebut, hal ini meluputi  SD, SMP, dan SMA.

1. Faktor yang mempengaruhi pengembangan PAI di SD

a.       Sumber daya manusia berupa guru

Pendidikan mutu guru sebagai pendidik dan tenaga pendidikan dilaksanakan dengan mengacu pada standar pendidikan den tenaga pendidikan mata pelajaran dalam Standar Nasional Pendidikan ( SNP ). Untuk itu dilakukan kegiatan-kegiatan penyediaan guru pendidikan agama Islam untuk satuan pendidikan peserta didik usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi pada jalur formal dan non formal, serta informal. Dilakukan pula pendidikan dan pelatihan metode pembelajaran pendidikan agama islam pemberian pendidikan beasiswa peserta didik Strata 1 ( S1) untuk guru pendidikan Agama Islam, dan juga melakukan sertifikasi guru Pendidikan Agama Islam.

Ada dua jalur/cara dalam rangka peningkatan kualitas kemampuan guru, pertama adanya jalur resmi untuk mengikuti pendidikan S1, kedua yang rutin mengikuti kegiatan-kegiatan melalui musyawarah Guru Mata Pelajaran ( MGMP ). Dari kedua jalur ini, diharapkan guru pendidikan Agama Islam di sekolah tidak berjalan begitu saja  dan kemampuannya juga tidak meningkat. Sebagai orang Islam kita berpegang kepada suatu kaidah yang menyatakan bahwa kalau hari ini lebih jelek dari hari kemarin, maka celaka. Kalau hari ini sama dengan hari kemarin , maka rugi, dan kalau hari ini lebih bagus dari hari kemarin maka beruntung. Maka harus ada upaya-upaya  untuk meneruskan belajar minal mahdi ilallahdi. Dalam suatu hadist dinyatakan bahwa jadilah kalian orang yang mengajar, atau jadilah orang-orang yang belajar atau kalau tidak keduanya sekurang-kurangnya mendengarkan. Untuk itulah guru yang selalu meningkatkan kualitas dirinya.[1] Maka dari hal itu keberadaan guru merupakan hal yang sangat penting dalam proses pengembangan PAI , karena semakin guru memiliki kemampuan yang tinggi dalam hal pendidikan maka akan bagus pula pengembangan dan program-program yang dilakukannya, dan begitu juga sebaliknya. Apalagi pada sekolah yang notabenenya masih sekolah dasar (SD).

 b.      Pelaksanaan Evaluasi

Mengenai evaluasi pendidikan Islam ini terkadang terjadi hal-hal yang diluar dugaan. Misalnya ada peserta didik yang jarang sekolah, malas dan merasa terpaksa mengikuti pelajaran agama, tetapi ketika dievaluasi dia mendapatkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan peserta yang rajin belajar agama. Artinya yang salah itu adalah evaluasinya karena yang dilakukan hanyalah mengukur unsur  kognitifnya saja. Oleh karena itu evaluasi pendidikan agama Islam jangan hanya mengandalkan evaluasi kemampuan kognitif saja, tetapi harus dievaluasi juga sikap, prakteknya dan juga ketrampilan (Psikomotor). Evaluasi ini sebenarnya menentukan status pesertadidik tentang hasil belajarnya itu apakah sudah mencapai tujuan yang ingin dicapai atau tidak. Kalau tujuan agama itu adalah supaya peserta didik bisa menjalankan agama Islam dengan baik maka evaluasinya harus sesuai, dan evaluasinya itu bukan hanya hafal tentang kaidah-kaidah tentang kemampuan kognitif saja tetapi juga bersifat praktikal. Maka disini evaluasi yang tepat juga akan menunjang keberhasilan dalam proses pengembangan PAI , karena dengan ditiadakannya evaluasi akan dapat diketahui kekurangan-kekurangan yang harus dilengkapi dengan adanya pengembangan-pengembangan tadi. Hal ini menjadi factor yang paling penting untuk menyikapi anak-anak SD.

c.       Kurikulum

Pendidikan agama Islam merupakan pendidikan yang bertujuan memberikan bekal kemampuan yang bersifat kognitif , efektif , dan psikomotor tentang suatu agama yang dianut peserta didik, khususnya agama Islam, dengan memberikan kemampuan dalam menjalankan ajaran-ajaran Islam sebagai seorang muslim .

Orientasi model pembelajaran pendidikan Agama Islam perlu memperhatikan beberapa hal pertama, mempertimbangkan kurikulum dengan memperhatikan materi yang memungkinkan diberikan kepada peserta didik dengan tetap mengacu pada standar nasional dalam merancang kurikulum pendidikan agama Islam disekolah . Kedua, memperhatikan proses pembelajaran atau model pembelajaran pendidikan agama Islam. Ketiga, sikap guru pendidikan Islam dalam mengajar. Guru pendidikan islam tidak hanya memikirkan tuntutan kewajiban formal mengajar disekolah. Namun, memiliki jiwa dan semangat sebagai muslim yang mempunyai kewajiban untuk mengajar menyampaikan ilmu pengetahuan dan mendidik peserta didik sehingga dapat menyiarkan dan melestarikan agama Islam. Peserta didik lebih banyak dijejali dengan berbagai informasi dan pengetahuan . Pendidikan agama islam dilakukan oleh guru dengan cara seperti mengajarkan mata pelajaran lain yang lebih menekankan aspek kognitif. Pemahaman terhadap materi pembelajaran akan selesai setelah mengikuti pelajaran tersebut tanpa ada dampak atau pengaruhnya terhadap peserta didik dalam perilaku kehidupannya sehari-hari. Sasaran pendidikan agama Islam adalah membentuk perilaku peserta didik yang sesuai dengan ajaran agama , bukan hanya mengetahui  atau memahami suatu pengetahuan. Inilah yang seharusnya dikembangkan dalam kurikulum pendidikan agama Islam sehingga mempunyai dampak atau pengaruh yang nyata dalam kehidupan peserta didik, pada aspek pengetahuan , sikap dan ketrampilannya. Misalnya jika peserta didik mempelajari tentang ibadah bukan hanya memahami konsep tentang ibadah saja namun juga melakukan praktek ibadah tersebut.Oleh karena itu ruang lingkup dan urutan materi pendidikan agama Islam perlu diatur dengan baik dan tidak mengabaikan mengabaikan materi pembelajaran lainnya, disesuaikan dengan karakteristik dan usia peserta didik, kemudian diatur pula alokasi waktunya yang tepat.

Madrasah yang kini sudah menjadi sekolah umum yang bercirikan Islam saja dengan kurikulum yang 6 jam pelajaran per minggu itu belum tentu bisa membekali peserta didik memiliki pemahaman  yang baik tentang pendidikan Agama Islam kalau tidak mengaji dan melakukan kegiatan pendukung lainnya yang memadai. Sehingga tidak menutup kemungkinan ke depannya lulusan madrasah yang membaca Al Qur’an  belum benar, karena hanya mengikuti pendidikan 6 Jam pelajaran perminggu  apalagi dengan mengikuti pendidikan formal.

Pengembangan pendidikan agama Islam pada sekolah yang mengacu kepada peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang standar Nasional Pendidikan ( SNP) khususnya standar Sarana dan Prasarana Pendidikan. Pengembangan sarana dan prasarana pendidikan dilaksanakan  melalui sejumplah kegiatan seperti penyediaan buku pedoman guru pendidikan Islam , penyediaan buku teks  atau buku pelajaran pendidikan , dan penyediaan alat peraga pendidikan Agama Islam. Buku pedoman guru untuk membantu guru mencapai tujuan pengajaran yang digunakan baik untuk menyusun silabus maupun menyusun buku yang digunakan oleh guru dalam mengajar sehingga ketika menyusun silabus akan terhindar dari kesalahan konsep.

Buku teks atau buku pelajaran merupakan sumber bahan rujukan. Buku teks sebagai sumber bahan belajar utama dalam penyusunan silabus, sebaiknya tidak satu jenis atau tidak dari satu orang pengarang. Buku teks yang digunakan hendaknya bervariasi agar mendapatkan materi pelajaran yang luas. Buku pelajaran agama Islam penyusunannya hendaknya selalu memperhatikan tujuan pendidikan Nasional yaitu membentuk manusia Indonesia yang bertakwa dan berbudi luhur. Selain itu, dalam kurikulum pendidikan , perlu menyediakan dukungan bahan dan sarana pembelajaran seperti kitab suci, buku referensi keagamaan dan tempat ibadah.
Penyediaan alat peraga pendidikan Agama Islam berkaitan dengan media pembelajaran yang merupakan bagian integral dalam sistem pembelajaran seperti media cetak, media pembelajaran elektronik , dan sebagainya . Untuk itu bentuk-bentuk pengembangan disekolah dasar juga harus memperhatikan dan disesuaikan dengan kurikulum.

2. Bentuk pengembangan PAI dilakukan di SD

Pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan agama Islam di SD berorientasi pada penerapan standar Nasional Pendidikan . Untuk itu dilakukan kegiatan-kegiatan seperti pengembangan metode pembelajaran pendidikan agama Islam, pengembangan kultur budaya Islami dalam proses pembelajaran , dan pengembangan kegiatan-kegiatan kerohanian Islam. Dalam hal pengembangan metode pembelajaran PAI ini banyak dilakukan untuk mempermudah mencapai tujuan pendidikan dan menjadikan siswa mudah menerima, missal metode hafalan surat-surat dalam al Qur an lebih dikembangkan untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dalam hal penialaian sikap, kemudian kultur budaya Islami dikembangkan melalui pelatihan rebana , marawis, membaca sholawat Islami sebelum memulai pembelajaran. Untuk pengembangan kegiatan kerohanian dikembangkan dengan mengadakan dakwah untuk kelas 6 , pelatihan manasik haji , istighotsah yang dipimpin oleh guru.

Pelaksanaan pendidikan Islam tidak hanya disampaikan  secara formal dalam suatu proses pembelajaran oleh guru  agama, namun dapat pula dilakukan di luar proses pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Guru bisa memberikan pendidikan agama ketika menghadapi sikap atau perilaku peserta didik. Pendidikan agama merupakan tugas dan tanggung jawab bersama semua guru. Artinya bukan hanya tugas dan tanggung jawab guru agama saja melainkan guru-guru bidang studi lainnya. Guru-guru bidang studi itu bisa menyisipkan pendidikan agama ketika memberikan pelajaran bidang studi. Dari hasil pendidikan agama yang dilakukan secara bersama-sama ini , dapat membentuk pengetahuan , sikap, perilaku, dan pengalaman keagamaan yang baik dan benar . Peserta didik akan mempunyai akhlak yang mulia , perilaku jujur , disiplin , dan semangat keagamaan  sehingga menjadi dasar untuk meningkatkan kualitas dirinya.[2]

 3.   Hambatan yang dialami dalam proses pengembangan PAI di SD

Indonesia saat ini sedang menghadapi dua tantangan besar yaitu desentralisasi atau otonomi daerah yang saat ini sudah berlangsung , era globalisasi akan terjadi pada 2020 . Kedua tantangan tersebut merupakan ujian berat yang harus dilalui  dan dipersiapkan oleh seluruh bangsa Indonesia. Diantaranya otonomi yang lebih besar diberikan kepada sekolah atau madrasah menyangkut pengembangan kurikulum , ketika sekolah atau madrasah diberikan  kepada sekolah atau madrasah menyakut pengembangan kurikulum, ketika sekolah atau madrasah diberikan wewenangan dan diberdayakan untuk menyusun dan melaksanakan kurikulum sesuai dengan potensi karakteristik masing-masing, ternyata menghadapi kendala terbatasnya sumberdaya manusia yang memiliki kemampuan untuk mewujudkan otonomi tersebut , karena dalam kenyataan distribusi tenaga yang terlatih dan memiliki dalam pengembangan kurikulum masih belum merata.

Para peneliti pendidikan seperti batas  dan martimore menganjurkan  kepada para guru untuk menyiapkan pada diri mereka dan juga para murid dalam menghadapi globalisasi :
1.      Penggunaan komputer dan kemampuan pencarian informasi melalui internet
2.      Para guru harus mampu menggunakan internet untuk riset, memperbarui materi pembelajaran  dan menemukan metode yang lebih baik dalam mendidik melalui sejumlah institusi yang terkemuka.
3.      Para murid harus dididik untuk selalu mencari pengetahuan melalui internet atau sumber-sumber lain yang juga terpercaya seperti, buku, majalah, surat kabar, lingkungan dan sebagainya.[3] Namun untuk tingkatan SD bisa digunakan majalah yang unik dan buku-buku yang menarik.[4]
Sehingga pembelajaran PAI sangat penting untuk mengimbangi hal ini. Dan memang hal yang menjadikan proses pengembangan PAI menjadi terhambat karena apabila dalam dunia globalisasi ini tidak diimbangi oleh PAI maka akan tidak seimbang tujuan yang diperoleh. Kendala yang dihadapi dalam mengajarkan pendidikan  agama Islam adalah kurang seimbangnya materi pelajaran yang diberikan dalam pendidikan agama Islam dengan alokasi waktu yang diberikan dalam kurikulum sekolah yaitu 2 jam pelajaran perminggu. Meskipun dalam tahapan SD namun hal-hal diatas sangat perlu diperhatikan.



[1] Ahmad Ludjito, Mengembangkan Keilmuan Pendidikan Islam, Rasil, 2010, hal. 11
[2] Abdurrahman An Nabawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyrakat , Jakarta : Gema Insani  Press, 1996, hal.73
[3] Muhaimin, Pemikiran dan aktualisasi pengembangan pendidikan Islam, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2011. Hal.89
[4] Muhaimin, Ibid. hal.91